Sabtu, 06 April 2013

Kesehatan Nasional VS Kesehatan Internasional




Kesehatan ialah unsur vital dan merupakan elemen konstitusif dalam proses kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tak akan bisa berlangsung aktivitas seperti biasa. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan merupakan nilai yang investatif. Nilai investasinya terletak pada sumberdaya “siap pakai” dan terhindar dari semua penyakit. Namun, masih banyak orang menyepelakan hal ini. Kita pernah diperkenalkan dengan PARADIGMA SEHAT dengan VISI INDONESIA SEHAT 2010. Sesungguhnya cara pandang ini luar biasa. Paradigma Sehat bisa dengan segera mengubah semua masalah kesehatan dengan cepat. Sayangnya justru kalangan jajaran kesehatan sendirilah yang enggan beranjak dari Comfort Zone ke Change Zone/Danger Zone. Struktur organisasi Departemen Kesehatan yang sangat gendut, kepentingan profesi medis yang takut tergeser, pola pikir kuratif yang mengakar, keuntungan yang menggiurkan dari bisnis kesehatan dan banyak kepentingan lain menutupi tujuan pembangunan kesehatan yaitu ”Mensejahterakan Kehidupan Bangsa.
Di Indonesia, tak bisa dipungkiri bahwa trend pembangunan kesehatan bergulir mengikuti pola rezim penguasa. Pada awalnya, angka Indeks Pemabngunan Manusia (Human Development Index) selalu stagnan pada kisaran 115-117 dari 175 negara. Sebagai catatan, HDI ialah ukuran keberhasilan pembangunan suatu bangsa yang dilihat dari segi ekonomi, kesehatan, pendidikan. Belum adanya kesadaran tercapainya derajat kesehatan optimal, sebagai syarst mutlak terwujudnya, tatanan masyarakat bangsa yang berkeadaban serta dipihak lain masih lekatnya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan semata terkait dengan penanganan sejumlah penyakit tertentu & penyediaan obat-obatan. Agar bangsa Indonesia sehat mental maka perlu ditingkatkan kegiatan keagamaan, membiasakan rekreasi sehat, menyelenggarakan hiburan, merangsang kreatifitas dan prestasi. Media juga sangat penting dalam mempengaruhi opini publik. Perlu adanya upaya menciptakan media yang mendidik, memotivasi, mendorong kreatifitas dan menampilkan prestasi yang isnpiratif. Perlu mendorong media yang santun, optimis dan mencerahkan. Bahkan negeri Indonesia sudah “menciptakan” hari kesehatan nasional yang menganut dar hari kesehatan internasional.
Hari Kesehatan Nasional adalah hari yang diperingati oleh insan kesehatan di seluruh Indonesia setiap tahun pada tanggal 12 November. Tema peringatan HKN Ke-48 Tahun 2012 adalah Indonesia Cinta Sehat “Ibu Selamat Anak Sehat”. Melalui tema ini diharapkan dapat meningkatkan semangat, kepedulian, komitmen dan gerakan nyata pembangunan kesehatan yang harus terus diperjuangkan oleh seluruh komponen bangsa. Sedangkan, Hari Kesehatan Internasional didukung oleh World Health Organization. Dipilihnya tanggal 7 April, karena ditanggal yang sama pada tahun 1948 merupakan pertemuan Dunia Kesehatan pertama yang diadakan oleh WHO. Hari Kesehatan Internasional pertama kali diadakan pada tahun 1950. Tujuan peringatan Hari Kesehatan Internasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan.
Kembali ke Paradigma Sehat yang mengajak untuk mengutamakan Promotion dan Prevention, dengan upaya Treatment dan Rehabilitation yang komprehensif. Paradigma ini melihat masalah kesehatan secara utuh menyeluruh sampai ke akar masalahnya dan menyelesaikan masalah secara tuntas mulai dari sebab dari sebab masalah sampai akibat akhirnya. Paradigma sehat berupaya mempertahankan kondisi sehat melalui peningkaan kualitas hidup sehat, pencegahan terjadinya gangguan kesehatan, penyediaan pelayanan kesehatan dan pengembalian fungsi kemandirian. Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-48 tahun 2012 yang diperingati setiap tanggal 12 November akan memfokuskan pada pelayanan kesehatan ibu sebagai salah satu target MDGs yang belum tercapai. "Tema HKN adalah Indonesia Cinta Sehat dengan subtema Ibu Selamat Anak Sehat yang dipilih karena merupakan sasaran prioritas pembangunan kesehatan," papar Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang menjadi inspektur upacara peringatan HKN 2012 di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin (12/11/12).
Dan tahukah anda kapan hari kesehatan Internasional itu?? Hari Kesehatan Internasional  diperingati setiap tanggal 7 April,  sama  dengan tanggal berdirinya Organisasi Kesehatan Sedunia atau World Health Organization tahun 1948.  Peringatan Hari Kesehatan Sedunia merupakan momentum bagi para pimpinan negara di dunia bersama seluruh lapisan masyarakat untuk fokus pada tantangan kesehatan yang berdampak global. Tapi meskipun kita menganut sistem kesehatan internasional tersebut, tetap banyak sekali perbedaan dari pembangunan kesehatan kita di Indonesia dengan negara lain, contohnya Malaysia. Di Malaysia, tingginya tingkat kesehatan di negara ini membuat Puskesmas sunyi senyap & tidak ada pasien, bahkan tingginya tingkat kesejahteraan di Malaysia, membuat masyarakat
disana sering bepergian ke berbagai negara termasuk Indonesia. Di negara ASEAN, Indonesia ialah negera terbanyak penduduknya sampai 208405 jiwa tahun 2001. Di antara negara-negara ASEAN, yang tertinggi ialah Singapura (78,8 tahun) dan yang terendah ialah Kamboja (56,2 tahun). Pada tahun 2001, di antara negara ASEAN, Indonesia termasuk negara dengan presentase biaya kesehatan terhadap PDB yang rendah yaitu sebesar 2,7% dimana yang terendah ialah Myanmar (2,2%) dan tertinggi ialah Kamboja (8,1%). Tahun 2001, Singapura merupakan negara ASEAN dengan Umur Harapan Hidup Waktu Lahir sebesar 78,8 tahun & terendah Myanmar dengan 64,1 tahun.
Menurut dr. Andi Cahyadi yang bertugas di PUSKESMAS Babana kabupaten Mamuju bahwa perdagangan bebas dan globalisasi telah mendorong persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis termasuk rumah sakit sebagai penghasil jasa kesehatan yang memunculkan banyak rumah sakit baru serta banyaknya rumah sakit asing (luar negeri) yang melakukan ekspansi ke Indonesia. Perbedaan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit di Indonesia menjadikan banyak pasien terutama yang berduit, berbondong-bondong ke luar negeri misalnya ke rumah sakit di Singapura, Cina dan Malaysia. Dalam hal perkembangan kualitas layanan dan tingginya tuntutan pasien terhadap kualitas layanan (service quality) rumah sakit, menuntut banyak manajemen rumah sakit baik negeri, swasta maupun asing untuk mengubah organisasi, produk dan pelayanan. Perbaikan service quality akan menghasilkan peningkatan kepuasan pasien (patient satisfaction) dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan rumah sakit sebagai badan usaha. Diantaranya dengan melakukan promosi besar-besaran. Lalu, seberapa parahkah kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia hingga banyak ditinggalkan oleh masyarakat termasuk tokoh negara, tokoh politik, ekspatriat dan yang baru-baru ini salah satu tokoh pers Indonesia yang melakukan transplantasi liver di Negeri Tirai Bambu, Cina? Dengan tidak bermaksud menghakimi keterpurukan kualitas layanan rumah sakit di Indonesia, akan dibahas sedikit mengena hal kualitas layanan rumah sakit dan kepuasan pasien.
Kepuasan pasien dikaitkan dengan harapan atau ekspektasi dan fakta yang didapat setelah menggunakan jasa layanan kesehatan yang diberikan rumah sakit. Besarnya pengaruh karakteristik pasien dapat menyebabkan berbagai konsep kualitas pelayanan belum tentu dapat dimanfaatkan sepenuhnya sebagai masukan bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit. Kepuasan pasien merupakan hasil penilaian berdasarkan perasaan, terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pengalaman tersebut dinyatakan sebagai cara pasien mengevaluasi sampai seberapa besar tingkat kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga dapat menimbulkan tingkat rasa kepuasan. Berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan Likert (dikenal dengan istilah skala Likert), kepuasan pasien dapat dikategorikan dan dikuantifikasi menjadi tiga tingkat yaitu :
1.      Sangat puas, menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan pasien. Misalnya sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter atau perawat), atau sangat cepat (untuk proses administrasi); yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang paling tinggi.
2.      Agak puas, menggambarkan pelayanan kesehatan yang tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan. Seperti tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak kurang cepat (proses administrasi), atau agak kurang ramah, yang seluruhnya hal ini menggambarkan tingkat kualitas yang kategori sedang.
3.      Tidak puas, hasil penilaian perasaan pasien yang rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau keinginan. Misalnya tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk proses administasi), atau tidak ramah, yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas kategori paling rendah.\
Prioritas indikator kualitas pelayanan kesehatan merupakan aspek utama yang menjadi petunjuk atau pedoman ukuran yang penting, berbobot, atau berkaitan dengan penyelenggaraan layanan kesehatan rumah sakit yang menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien. Indikator pelayanan kesehatan yang dapat menjadi prioritas relatif sangat banyak, diantaranya adalah :
1.        Kinerja tenaga dokter, adalah perilaku atau penampilan dokter dalam memberi pelayanan kesehatan pada pasien, yang meliputi ukuran layanan medis non medis, tingkat kunjungan, sikap, dan penyampaian informasi.
2.        Kinerja tenaga paramedis atau perawat, adalah perilaku atau penampilan tenaga perawat dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien, yang meliputi ukuran layanan medis, layanan non medis, sikap, penyampaian informsai, dan tingkat kunjungan.
3.        Kondisi fisik, adalah keadaan sarana rumah sakit dalam bentuk fisik seperti kamar rawat inap, jendela, pengaturan suhu, tempat tidur, kasur dan sprei.
4.        Makanan dan menu, adalah kualitas jenis atau bahan yang dikonsumsi pasien setiap harinya, seperti nasi, sayuran, ikan, daging, buah, dan minuman.
5.        Sistem administrasi pelayanan, adalah proses pengaturan atau pengelolaan pasien di rumah sakit yang harus diikuti oleh pasien (rujukan dan biasa), mulai dari pendaftaran sampai fase rawat inap.
6.        Pembiayaan, adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan atas pelayanan yang diterima oleh pasien, seperti biaya dokter, obat, makan, dan kamar.
7.        Rekam medis, adalah catatan atau dokumentasi mengenai perkembangan kondisi kesehatan pasien yang meliputi anamnesis, diagnosis perjalanan penyakit, pengobatan, tindakan medis dan hasil pelayanan.
Apabila semua elemen di atas diperhatikan, maka akan tercapailah kepuasan pasien dan pada gilirannya kesetiaan nasabah makin tinggi serta tidak mudah dibujuk untuk lari ke rumah sakit lain, bahkan akan merekomendasi temannya untuk menggunakan rumah sakit tersebut, juga tidak tertarik dengan produk rumah sakit lain terlebih rumah sakit luar negeri. Akhir-akhir ini, rumah sakit telah berkembang kearah suatu industri, tidak hanya sebagai provider kesehatan saja tetapi sekaligus socio economic unit menuju revenue centre bahkan sebagai profil centre. Rumah sakit berlomba-lomba mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin yang di satu sisi juga mengorbankan kepentingan dan kepuasan pasien.
Harus disadari bahwa industri rumah sakit adalah industri yang padat karya, padat teknologi dan padat modal. Oleh karena itu dalam menghadapi era globalisasi, dimana kompetisi semakin keras, tentunya dunia perumahsakitan harus berbenah diri, mengambil langkah antisipasi karena yang akan ikut bermain pendatang baru adalah mereka yang sudah world class.Pelayanan kesehatan warga negara Malaysia sangat diutamakan. Saya  ingat waktu saudara saya lagi sakit dan kebetulan dia berwarga  negara Malaysia, saat dibawa ke Rumah sakit si adik tidak dikenakan biaya apapun. Indonesia saat ini baru mulai begitu.
Taraf Kesehatan di Indonesisa sendiri  menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI 12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai kondisi demografi dan kesehatan di Indonesia. Survei pertama adalah Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia yang dilakukan pada tahun 1987, kedua sampai kelima adalah SDKI 1991, SDKI1994, SDKI 1997, SDKI 2002-2003, dan SDKI 2007. SDKI 12 adalah suatu survei yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. SDKI memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
1.      Menyediakan data mengenai perilaku fertilitas, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak, kematian ibu, dan pengetahuan tentang AIDS dan PMS yang dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan, dan peneliti dalam menilai dan meyempurnakan program yang ada.
2.      Mengukur perubahan - perubahan yang terjadi pada angka kelahiran dan pemakaian KB, serta mempelajari faktor - faktor yang mempengaruhinya, seperti pola dan status perkawinan, daerah tempat tinggal, pendidikan, kebiasaan menyusui, dan pengetahuan, penggunaan, serta penyediaan alat - alat kontrasepsi.
3.      Mengukur pencapaian sasaran dari program kesehatan nasional, khususnya yang berkaitan dengan program pembangunan kesehatan ibu dan anak.
4.      Menilai partisipasi dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh pria bagi seluruh keluarganya.
5.      Menyediakan data dasar yang secara internasional dapat dibandingkan dengan negara - negara lain dan dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan, dan peneliti dalam bidang fertilitas, KB, dan kesehatan.
Peningkatan taraf kesehatan di Indonesia sangatlah perlu, agar semua rakyat Indonesia yang sakit dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama dihadapan UUD dan pemerintahan. Cara meningkatkan  taraf kesehatan Di Indonesia yakni :
1.        Peningkatan Jaminan Kesehatan kepada masyarakat misalnya peningkatan penggunaan JAMKESMAS (pada orang miskin, agar semua orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang sepadan) atau JAMPERSAL (mencegah kematian pada ibu dan anak).
2.        Penyuluhan terhadap warga dan masyarakat khususnya di pedesaan, agar selalu menjaga kebersihan dan kesehatan agar terhindar dari penyakit yang datang.
3.        Peningkatan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak berkaitan dengan penduduk miskin seperti program pemberantasan penyakit menular.
4.        Peningkatan subsidi bagi tempat pelayanan kesehatan yang melayani para penduduk miskin seperti PUSKESMAS, PUSKESMAS pembantu, ruang rawat inap kelas III di rumah sakit sehingga bisa menghindari praktik eksploitasi dan pemalakan pasien miskin.
5.        Pengurangan anggaran program kesehatan yang secara TIDAK langsung membantu penduduk miskin mengatasi masalah kesehatannya seperti pengadaan alat kedokteran canggih.
6.        Pengurangan subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang jarang dimanfaatkan oleh penduduk miskin seperti pembangunan rumah sakti untuk stroke.
Semoga dengan renungan ini, bisa membuat Indonesia bisa meningkat taraf kesehatan penduduknya, amin......