Kesehatan
ialah unsur vital dan merupakan elemen konstitusif dalam proses kehidupan
seseorang. Tanpa kesehatan, tak akan bisa berlangsung aktivitas seperti biasa.
Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan merupakan nilai yang
investatif. Nilai investasinya terletak pada sumberdaya “siap pakai” dan
terhindar dari semua penyakit. Namun, masih banyak orang menyepelakan hal ini. Kita pernah diperkenalkan dengan PARADIGMA SEHAT dengan VISI
INDONESIA SEHAT 2010. Sesungguhnya cara pandang ini luar biasa. Paradigma
Sehat bisa dengan segera mengubah semua masalah kesehatan dengan cepat.
Sayangnya justru kalangan jajaran kesehatan sendirilah yang enggan beranjak
dari Comfort Zone ke Change Zone/Danger Zone. Struktur organisasi Departemen
Kesehatan yang sangat gendut, kepentingan profesi medis yang takut tergeser,
pola pikir kuratif yang mengakar, keuntungan yang menggiurkan dari bisnis
kesehatan dan banyak kepentingan lain menutupi tujuan pembangunan kesehatan yaitu
”Mensejahterakan Kehidupan Bangsa.
Di
Indonesia, tak bisa dipungkiri bahwa trend
pembangunan kesehatan bergulir mengikuti pola rezim penguasa. Pada awalnya,
angka Indeks Pemabngunan Manusia (Human
Development Index) selalu stagnan pada kisaran 115-117 dari 175 negara.
Sebagai catatan, HDI ialah ukuran keberhasilan pembangunan suatu bangsa yang
dilihat dari segi ekonomi, kesehatan, pendidikan. Belum adanya kesadaran
tercapainya derajat kesehatan optimal, sebagai syarst mutlak terwujudnya,
tatanan masyarakat bangsa yang berkeadaban serta dipihak lain masih lekatnya
anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan semata terkait dengan penanganan
sejumlah penyakit tertentu & penyediaan obat-obatan. Agar bangsa Indonesia sehat mental maka perlu ditingkatkan kegiatan
keagamaan, membiasakan rekreasi sehat, menyelenggarakan hiburan, merangsang
kreatifitas dan prestasi. Media juga sangat penting dalam mempengaruhi opini
publik. Perlu adanya upaya menciptakan media yang mendidik, memotivasi,
mendorong kreatifitas dan menampilkan prestasi yang isnpiratif. Perlu mendorong
media yang santun, optimis dan mencerahkan. Bahkan negeri Indonesia sudah
“menciptakan” hari kesehatan nasional yang menganut dar hari kesehatan
internasional.
Hari
Kesehatan Nasional adalah hari yang diperingati oleh insan kesehatan di seluruh
Indonesia setiap tahun pada tanggal 12 November. Tema peringatan HKN Ke-48
Tahun 2012 adalah Indonesia Cinta Sehat “Ibu Selamat Anak Sehat”.
Melalui tema ini diharapkan dapat meningkatkan semangat, kepedulian, komitmen
dan gerakan nyata pembangunan kesehatan yang harus terus diperjuangkan oleh
seluruh komponen bangsa. Sedangkan, Hari Kesehatan Internasional didukung
oleh World Health Organization.
Dipilihnya tanggal 7 April, karena ditanggal yang sama pada tahun 1948 merupakan
pertemuan Dunia Kesehatan pertama yang diadakan oleh WHO. Hari Kesehatan
Internasional pertama kali diadakan pada tahun 1950. Tujuan peringatan Hari
Kesehatan Internasional untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan.
Kembali ke Paradigma Sehat yang mengajak untuk mengutamakan Promotion dan
Prevention, dengan upaya Treatment dan Rehabilitation yang komprehensif.
Paradigma ini melihat masalah kesehatan secara utuh menyeluruh sampai ke akar
masalahnya dan menyelesaikan masalah secara tuntas mulai dari sebab dari sebab
masalah sampai akibat akhirnya. Paradigma sehat berupaya mempertahankan kondisi
sehat melalui peningkaan kualitas hidup sehat, pencegahan terjadinya
gangguan kesehatan, penyediaan
pelayanan kesehatan dan pengembalian
fungsi kemandirian. Peringatan Hari Kesehatan Nasional
(HKN) ke-48 tahun 2012 yang diperingati setiap tanggal 12 November akan
memfokuskan pada pelayanan kesehatan ibu sebagai salah satu target MDGs yang
belum tercapai. "Tema HKN adalah Indonesia Cinta Sehat dengan subtema Ibu
Selamat Anak Sehat yang dipilih karena merupakan sasaran prioritas pembangunan
kesehatan," papar Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi yang menjadi inspektur
upacara peringatan HKN 2012 di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Senin
(12/11/12).
Dan
tahukah anda kapan hari kesehatan Internasional itu?? Hari
Kesehatan Internasional diperingati setiap
tanggal 7 April, sama dengan tanggal berdirinya Organisasi Kesehatan
Sedunia atau World Health Organization tahun
1948. Peringatan Hari Kesehatan Sedunia
merupakan momentum bagi para pimpinan negara di dunia bersama seluruh lapisan
masyarakat untuk fokus pada tantangan kesehatan yang berdampak global. Tapi
meskipun kita menganut sistem kesehatan internasional tersebut, tetap banyak
sekali perbedaan dari pembangunan kesehatan kita di Indonesia dengan negara
lain, contohnya Malaysia. Di Malaysia, tingginya tingkat kesehatan di negara
ini membuat Puskesmas sunyi senyap & tidak ada pasien, bahkan tingginya
tingkat kesejahteraan di Malaysia, membuat masyarakat
disana sering bepergian ke berbagai negara termasuk Indonesia. Di negara ASEAN, Indonesia ialah negera terbanyak penduduknya sampai 208405 jiwa tahun 2001. Di antara negara-negara ASEAN, yang tertinggi ialah Singapura (78,8 tahun) dan yang terendah ialah Kamboja (56,2 tahun). Pada tahun 2001, di antara negara ASEAN, Indonesia termasuk negara dengan presentase biaya kesehatan terhadap PDB yang rendah yaitu sebesar 2,7% dimana yang terendah ialah Myanmar (2,2%) dan tertinggi ialah Kamboja (8,1%). Tahun 2001, Singapura merupakan negara ASEAN dengan Umur Harapan Hidup Waktu Lahir sebesar 78,8 tahun & terendah Myanmar dengan 64,1 tahun.
disana sering bepergian ke berbagai negara termasuk Indonesia. Di negara ASEAN, Indonesia ialah negera terbanyak penduduknya sampai 208405 jiwa tahun 2001. Di antara negara-negara ASEAN, yang tertinggi ialah Singapura (78,8 tahun) dan yang terendah ialah Kamboja (56,2 tahun). Pada tahun 2001, di antara negara ASEAN, Indonesia termasuk negara dengan presentase biaya kesehatan terhadap PDB yang rendah yaitu sebesar 2,7% dimana yang terendah ialah Myanmar (2,2%) dan tertinggi ialah Kamboja (8,1%). Tahun 2001, Singapura merupakan negara ASEAN dengan Umur Harapan Hidup Waktu Lahir sebesar 78,8 tahun & terendah Myanmar dengan 64,1 tahun.
Menurut
dr. Andi Cahyadi yang bertugas di PUSKESMAS Babana kabupaten Mamuju bahwa perdagangan
bebas dan globalisasi telah mendorong persaingan yang semakin ketat dalam dunia
bisnis termasuk rumah sakit sebagai penghasil jasa kesehatan yang memunculkan
banyak rumah sakit baru serta banyaknya rumah sakit asing (luar negeri) yang
melakukan ekspansi ke Indonesia. Perbedaan pelayanan kesehatan yang diberikan
oleh rumah sakit di Indonesia menjadikan banyak pasien terutama yang berduit,
berbondong-bondong ke luar negeri misalnya ke rumah sakit di Singapura, Cina
dan Malaysia. Dalam hal perkembangan kualitas layanan dan tingginya tuntutan
pasien terhadap kualitas layanan (service
quality) rumah sakit, menuntut banyak manajemen rumah sakit baik negeri,
swasta maupun asing untuk mengubah organisasi, produk dan pelayanan. Perbaikan service quality akan menghasilkan
peningkatan kepuasan pasien (patient
satisfaction) dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan rumah sakit sebagai
badan usaha. Diantaranya dengan melakukan promosi besar-besaran. Lalu, seberapa
parahkah kualitas pelayanan rumah sakit di Indonesia hingga banyak ditinggalkan
oleh masyarakat termasuk tokoh negara, tokoh politik, ekspatriat dan yang
baru-baru ini salah satu tokoh pers Indonesia yang melakukan transplantasi liver
di Negeri Tirai Bambu, Cina? Dengan tidak bermaksud menghakimi keterpurukan
kualitas layanan rumah sakit di Indonesia, akan dibahas sedikit mengena hal
kualitas layanan rumah sakit dan kepuasan pasien.
Kepuasan
pasien dikaitkan dengan harapan atau ekspektasi dan fakta yang didapat setelah
menggunakan jasa layanan kesehatan yang diberikan rumah sakit. Besarnya pengaruh
karakteristik pasien dapat menyebabkan berbagai konsep kualitas pelayanan belum
tentu dapat dimanfaatkan sepenuhnya sebagai masukan bagi manajemen untuk
memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan rumah sakit. Kepuasan pasien merupakan
hasil penilaian berdasarkan perasaan, terhadap penyelenggaraan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Pengalaman tersebut dinyatakan sebagai cara pasien
mengevaluasi sampai seberapa besar tingkat kualitas pelayanan di rumah sakit,
sehingga dapat menimbulkan tingkat rasa kepuasan. Berpedoman pada skala
pengukuran yang dikembangkan Likert
(dikenal dengan istilah skala Likert),
kepuasan pasien dapat dikategorikan dan dikuantifikasi menjadi tiga tingkat
yaitu :
1.
Sangat puas, menggambarkan pelayanan kesehatan
sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan atau keinginan pasien. Misalnya
sangat bersih (untuk prasarana), sangat ramah (untuk hubungan dengan dokter
atau perawat), atau sangat cepat (untuk proses administrasi); yang seluruhnya
menggambarkan tingkat kualitas yang paling tinggi.
2.
Agak puas, menggambarkan pelayanan kesehatan yang
tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan. Seperti tidak
terlalu bersih (untuk sarana), agak kurang cepat (proses administrasi), atau
agak kurang ramah, yang seluruhnya hal ini menggambarkan tingkat kualitas yang
kategori sedang.
3.
Tidak puas, hasil penilaian perasaan pasien yang
rendah, yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau
keinginan. Misalnya tidak terlalu bersih (untuk sarana), agak lambat (untuk proses
administasi), atau tidak ramah, yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas
kategori paling rendah.\
Prioritas indikator kualitas pelayanan kesehatan
merupakan aspek utama yang menjadi petunjuk atau pedoman ukuran yang penting,
berbobot, atau berkaitan dengan penyelenggaraan layanan kesehatan rumah sakit
yang menjadi bagian dari pengalaman atau yang dirasakan pasien. Indikator
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi prioritas relatif sangat banyak,
diantaranya adalah :
1.
Kinerja tenaga dokter, adalah perilaku atau penampilan
dokter dalam memberi pelayanan kesehatan pada pasien, yang meliputi ukuran
layanan medis non medis, tingkat kunjungan, sikap, dan penyampaian informasi.
2.
Kinerja tenaga paramedis atau perawat, adalah perilaku
atau penampilan tenaga perawat dalam pemberian pelayanan kesehatan pada pasien,
yang meliputi ukuran layanan medis, layanan non medis, sikap, penyampaian
informsai, dan tingkat kunjungan.
3.
Kondisi fisik, adalah keadaan sarana rumah sakit dalam
bentuk fisik seperti kamar rawat inap, jendela, pengaturan suhu, tempat tidur,
kasur dan sprei.
4.
Makanan dan menu, adalah kualitas jenis atau bahan
yang dikonsumsi pasien setiap harinya, seperti nasi, sayuran, ikan, daging,
buah, dan minuman.
5.
Sistem administrasi pelayanan, adalah proses pengaturan
atau pengelolaan pasien di rumah sakit yang harus diikuti oleh pasien (rujukan
dan biasa), mulai dari pendaftaran sampai fase rawat inap.
6.
Pembiayaan, adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan
atas pelayanan yang diterima oleh pasien, seperti biaya dokter, obat, makan,
dan kamar.
7.
Rekam medis, adalah catatan atau dokumentasi mengenai
perkembangan kondisi kesehatan pasien yang meliputi anamnesis, diagnosis
perjalanan penyakit, pengobatan, tindakan medis dan hasil pelayanan.
Apabila semua elemen di atas diperhatikan, maka akan
tercapailah kepuasan pasien dan pada gilirannya kesetiaan nasabah makin tinggi
serta tidak mudah dibujuk untuk lari ke rumah sakit lain, bahkan akan
merekomendasi temannya untuk menggunakan rumah sakit tersebut, juga tidak
tertarik dengan produk rumah sakit lain terlebih rumah sakit luar negeri.
Akhir-akhir ini, rumah sakit telah berkembang kearah suatu industri, tidak
hanya sebagai provider kesehatan saja tetapi sekaligus socio economic unit
menuju revenue centre bahkan sebagai profil centre. Rumah sakit berlomba-lomba
mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin yang di satu sisi juga mengorbankan
kepentingan dan kepuasan pasien.
Harus disadari bahwa industri rumah sakit adalah
industri yang padat karya, padat teknologi dan padat modal. Oleh karena itu
dalam menghadapi era globalisasi, dimana kompetisi semakin keras, tentunya
dunia perumahsakitan harus berbenah diri, mengambil langkah antisipasi karena
yang akan ikut bermain pendatang baru adalah mereka yang sudah world class.Pelayanan
kesehatan warga negara Malaysia sangat diutamakan. Saya ingat waktu saudara saya lagi sakit dan
kebetulan dia berwarga negara Malaysia, saat
dibawa ke Rumah sakit si adik tidak dikenakan biaya apapun. Indonesia saat ini
baru mulai begitu.
Taraf Kesehatan di Indonesisa
sendiri menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012 (SDKI 12) merupakan SDKI yang ketujuh mengenai kondisi
demografi dan kesehatan di Indonesia. Survei pertama adalah Survei Prevalensi
Kontrasepsi Indonesia yang dilakukan pada tahun 1987, kedua sampai kelima
adalah SDKI 1991, SDKI1994, SDKI 1997, SDKI 2002-2003, dan SDKI 2007. SDKI 12
adalah suatu survei yang dirancang untuk menyajikan informasi mengenai tingkat
kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. SDKI
memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
1. Menyediakan
data mengenai perilaku fertilitas, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
kematian ibu, dan pengetahuan tentang AIDS dan PMS yang dapat digunakan oleh
para pengelola program, pengambil kebijakan, dan peneliti dalam menilai dan
meyempurnakan program yang ada.
2. Mengukur
perubahan - perubahan yang terjadi pada angka kelahiran dan pemakaian KB, serta
mempelajari faktor - faktor yang mempengaruhinya, seperti pola dan status
perkawinan, daerah tempat tinggal, pendidikan, kebiasaan menyusui, dan
pengetahuan, penggunaan, serta penyediaan alat - alat kontrasepsi.
3. Mengukur
pencapaian sasaran dari program kesehatan nasional, khususnya yang berkaitan
dengan program pembangunan kesehatan ibu dan anak.
4. Menilai
partisipasi dan penggunaan pelayanan kesehatan oleh pria bagi seluruh
keluarganya.
5. Menyediakan
data dasar yang secara internasional dapat dibandingkan dengan negara - negara
lain dan dapat digunakan oleh para pengelola program, pengambil kebijakan, dan
peneliti dalam bidang fertilitas, KB, dan kesehatan.
Peningkatan taraf kesehatan di Indonesia
sangatlah perlu, agar semua rakyat Indonesia yang sakit dapat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sama dihadapan UUD dan pemerintahan. Cara
meningkatkan taraf kesehatan Di Indonesia
yakni :
1.
Peningkatan Jaminan Kesehatan kepada
masyarakat misalnya peningkatan penggunaan JAMKESMAS (pada orang miskin, agar
semua orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang sepadan) atau JAMPERSAL
(mencegah kematian pada ibu dan anak).
2.
Penyuluhan terhadap warga dan masyarakat
khususnya di pedesaan, agar selalu menjaga kebersihan dan kesehatan agar
terhindar dari penyakit yang datang.
3.
Peningkatan anggaran bagi
program-program kesehatan yang banyak berkaitan dengan penduduk miskin seperti
program pemberantasan penyakit menular.
4.
Peningkatan subsidi bagi tempat
pelayanan kesehatan yang melayani para penduduk miskin seperti PUSKESMAS,
PUSKESMAS pembantu, ruang rawat inap kelas III di rumah sakit sehingga bisa
menghindari praktik eksploitasi dan pemalakan pasien miskin.
5.
Pengurangan anggaran program kesehatan
yang secara TIDAK langsung membantu penduduk miskin mengatasi masalah
kesehatannya seperti pengadaan alat kedokteran canggih.
6.
Pengurangan subsidi pemerintah kepada
sarana pelayanan kesehatan yang jarang dimanfaatkan oleh penduduk miskin
seperti pembangunan rumah sakti untuk stroke.
Semoga dengan renungan ini, bisa membuat
Indonesia bisa meningkat taraf kesehatan penduduknya, amin......